Jakarta, Jejakpos.id – Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto berpendapat Indonesia bisa mengambil keuntungan dari kebijakan proteksionisme yang akan dilakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Trump disebut akan menetapkan kebijakan tarif impor tinggi terhadap Tiongkok yang dianggap sebagai bentuk proteksionisme. Dengan adanya rencana tersebut, Tiongkok diprediksi akan mengalihkan pasar ekspornya ke kawasan lain, seperti ke Asia Tenggara, termasuk ke Indonesia.
“Produk-produk Tiongkok yang tidak bisa masuk ke AS kemungkinan akan membanjiri wilayah Asia Tenggara, termasuk ke Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu (30/11/2024).
Dampak kebijakan Trump disebut bakal mempengaruhi Indonesia sebagai pemain besar di Asia Tenggara. Trump disinyalir akan melakukan perang dagang baru yang dapat mengganggu rantai pasok global, memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia, dan menciptakan ketidakpastian di pasar.
Hal tersebut, kata Eko, dapat menekan arus investasi lintas negara, yang pada akhirnya mempengaruhi inovasi dan pertumbuhan ekonomi di berbagai kawasan, termasuk Indonesia.
Ia menilai Indonesia memiliki peluang besar di sektor investasi. Menurutnya, perang dagang ini menyebabkan investor asing mulai mencari alternatif selain Tiongkok, dan Indonesia bisa menjadi tujuan mereka
“Ketika Trump terpilih, investor mulai khawatir dengan stabilitas di Tiongkok. Di satu sisi, ini menjadi peluang Indonesia sebagai negara besar,” ucapnya.
Di tengah tantangan ekonomi yang tidak pasti, Co-Founder Tumbuh Makna, Benny Sufami menuturkan salah satu dampak kebijakan Trump adalah pergeseran rantai pasok global. Hal ini membuka peluang bagi sektor manufaktur dan ekspor Indonesia.
“Produksi yang sebelumnya terpusat di Tiongkok kini mulai berpindah ke negara lain, termasuk Indonesia. Investor bisa fokus pada emiten yang berorientasi ekspor dengan prospek pasar ke AS atau mitra dagang lainnya,” imbuhnya.
Benny kemudian mengingatkan bahwa kesiapan infrastruktur dan daya saing Indonesia perlu terus ditingkatkan agar peluang ini dapat dimanfaatkan secara optimal.
Selain itu, skenario kebijakan Trump juga perlu disikapi dengan bijak dengan mendorong perencanaan yang strategis, salah satunya melalui diversifikasi portofolio.
“Investor perlu mendiversifikasi aset ke instrumen aset kelas pendapatan tetap atau obligasi. Ini penting untuk menghadapi volatilitas pasar akibat kebijakan proteksionisme,” pungkasnya.