JEKAPOS.ID, JAKARTA – Menjelang peringatan 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, sebuah siaran pers bertajuk “#IndonesiaSoldout: Kita Belum Merdeka” digelar di Gerbang Pancasila, DPR RI.
Gerakan ini mengkritik bahwa kemerdekaan yang diwariskan para pendiri bangsa belum sepenuhnya tercapai. Mereka menilai bahwa janji kemerdekaan yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 telah dikhianati oleh tiga kekuatan utama militerisme, kapitalisme-imperialisme, dan dominasi oligarki.
Juru bicara gerakan #IndonesiaSoldout menjelaskan, tiga kekuatan ini saling menopang untuk melanggengkan penindasan terhadap rakyat.
Militerisme dituding sebagai kemunduran demokrasi, militerisme terlihat dari penetrasi militer ke ranah sipil, seperti kehadiran militer di kampus, pembangunan pengadilan militer di universitas, dan ekspansi infrastruktur militer di daerah konflik seperti Aceh.
Gerakan ini menyoroti bahwa kebijakan ekonomi Indonesia semakin tunduk pada kepentingan modal asing dan korporasi transnasional. Contohnya adalah Proyek Strategis Nasional (PSN) yang merampas tanah rakyat, kebijakan tarif dagang yang timpang, dan rencana revisi UU Pokok Agraria yang dianggap sebagai subordinasi kebijakan terhadap kepentingan kapital global.
Kekuasaan politik dan ekonomi disebut dikuasai oleh segelintir elit yang memanipulasi kebijakan publik. Upaya penulisan ulang sejarah dan pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto dianggap sebagai strategi politik untuk memutihkan kejahatan masa lalu dan melanggengkan hegemoni oligarki.
Selain tiga isu utama tersebut, mereka menyoroti berbagai isu sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Di antaranya adalah penolakan terhadap RUU KUHAP dan RUU Penyiaran yang dianggap bermasalah, serta praktik intimidasi dan kriminalisasi terhadap gerakan rakyat. Di bidang ekonomi dan sosial, gerakan ini menolak fleksibilitas tenaga kerja dan politik upah murah, skema pinjaman mahasiswa (student loan), serta mendesak terwujudnya reforma agraria sejati.
Sebagai penutup, gerakan #IndonesiaSoldout menegaskan bahwa kemerdekaan sejati bukan sekadar seremonial tahunan, melainkan kedaulatan rakyat atas sumber daya dan masa depannya. Selama militerisme, kapitalisme-imperialisme, dan oligarki masih berkuasa, mereka menyatakan bahwa Indonesia akan terus “dijual” dan rakyat belum merdeka.
Oleh karena itu, gerakan ini menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat, termasuk mahasiswa, buruh, tani, dan jurnalis, untuk bersatu melawan tiga kekuatan tersebut. Mereka juga menyerukan persiapan untuk aksi massa yang akan dilaksanakan pada hari Kamis, 21 Agustus 2025.