Kisah Pilu Santri di Sidoarjo: Selamat dari Reruntuhan, Terancam Kehilangan Kaki Kiri

SIDOARJO, JEJAKPOS.ID – Nasib pilu kini menyelimuti seorang santri dari Pondok Pesantren Al-Khoziny di Sidoarjo, yang sebelumnya sempat viral dan menjadi simbol harapan setelah berhasil dievakuasi dari reruntuhan musala. Santri yang identitasnya tidak disebutkan demi alasan privasi ini, mendapatkan perhatian publik saat proses penyelamatannya karena ia mampu berkomunikasi dengan tim evakuasi dari balik tumpukan puing, memberikan petunjuk krusial yang membantu operasi penyelamatan.
Momen dramatis tersebut, yang menunjukkan ketenangan dan semangat juang santri tersebut di tengah situasi mencekam, telah menyentuh hati banyak orang. Ia berhasil dikeluarkan dalam kondisi selamat, meski mengalami luka parah.
Sayangnya, kabar terbaru dari pihak medis justru membawa kenyataan yang sangat pahit. Meskipun secara ajaib selamat dari maut setelah tertimpa material bangunan musala, santri tersebut kini harus menghadapi risiko kehilangan kaki kirinya.
Menurut keterangan tim dokter yang merawat, cedera yang dialami pada kaki kirinya tergolong sangat parah. Adanya kerusakan jaringan yang luas, infeksi, serta potensi ancaman terhadap kesehatan tubuh secara keseluruhan, membuat tim medis mengambil keputusan sulit. Amputasi menjadi opsi yang paling mungkin dan mendesak untuk menyelamatkan nyawa santri tersebut.
“Kondisi kakinya memang sangat berat. Kami telah melakukan upaya maksimal untuk mempertahankan, namun demi keselamatan jiwanya, tindakan amputasi mungkin harus dilakukan,” jelas salah satu perwakilan rumah sakit yang menangani.
Kabar ini tentu menjadi pukulan berat, tidak hanya bagi santri itu sendiri, tetapi juga bagi keluarga besar Pondok Pesantren Al-Khoziny dan masyarakat yang mengikuti kisahnya. Pihak pondok pesantren, bersama dengan pemerintah daerah, telah menyatakan komitmen penuh untuk mendampingi santri tersebut melalui masa pemulihan fisik dan mental yang panjang.
Dukungan psikologis sangat dibutuhkan untuk membantu santri ini menghadapi trauma bencana serta menerima kondisi barunya. Penggalangan dana juga mulai digalakkan untuk memastikan santri mendapatkan perawatan pasca-amputasi terbaik, termasuk penyediaan kaki palsu (prostetik) dan biaya rehabilitasi.
Peristiwa runtuhnya musala ini sendiri masih dalam tahap investigasi untuk memastikan penyebab pastinya. Sementara itu, kisah perjuangan santri yang selamat dari reruntuhan namun terancam kehilangan anggota tubuhnya ini menjadi pengingat pilu akan dampak mendalam dari bencana.
