Wakil Bupati Garut ‘Ngegas’ Saat Ditagih Janji Kampanye di Depan Umum

GARUT, JEJAKPOS.ID – Suasana khidmat di sebuah acara pondok pesantren di Kecamatan Sukaresmi, Garut, mendadak berubah panas dan menjadi sorotan nasional. Sebuah video viral memperlihatkan Wakil Bupati Garut, Putri Karlina, terlibat adu argumen yang intens dengan seorang warga. Kejadian ini mencuatkan kembali isu sensitif: janji kampanye yang belum terealisasi.
Warga yang diketahui bernama [Nama Warga, jika ada] tersebut dengan lantang menagih realisasi janji politik terkait bantuan permodalan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Realisasikan janji politik, suara rakyat suara Tuhan!” teriak pria tersebut, menggema di tengah kerumunan.
Situasi tegang tak terhindarkan. Dalam video yang beredar luas, terlihat jelas Putri Karlina menunjukkan ekspresi terkejut dan kemudian membalas argumen warga tersebut. Ketegangan memuncak hingga sejumlah pengawal harus bergerak cepat mendekat untuk menenangkan suasana.
Tak berhenti di lokasi kejadian, Wakil Bupati Putri Karlina lantas menggunakan platform media sosialnya untuk menanggapi insiden tersebut. Melalui akun Instagram pribadinya @putri.karlina14, ia mengunggah gambar khas domba Garut dan menuliskan keterangan yang cukup menohok:
“Yang mengenal saya tak butuh penjelasan, yang sudah benci tak akan percaya.”
Meskipun menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat, Bupati, dan keluarganya atas insiden tersebut, Putri Karlina sekaligus menegaskan bahwa sikapnya saat itu lahir dari prinsip dan keberanian orang Garut. Sebuah pernyataan yang memicu perdebatan baru di kolom komentar.
Peristiwa ini segera memantik diskusi publik yang luas dan mempertanyakan etika kepemimpinan:
- Sejauh Mana Pejabat Harus Terbuka Menghadapi Kritik Langsung? Apakah tanggapan langsung dan “ngegas” oleh pejabat di depan umum merupakan bentuk keberanian dan transparansi, atau justru menunjukkan kurangnya pengendalian diri dalam menghadapi tuntutan publik?
- Patutkah Pejabat Bersikap Arogan? Banyak warganet menilai respons sang Wakil Bupati, baik saat di lokasi maupun di media sosial, terkesan emosional dan arogan. Namun, sebagian pihak membelanya, menyebut hal tersebut sebagai bentuk ketegasan.
Insiden Garut ini menjadi pengingat keras bahwa di era digital, setiap ucapan dan tindakan pejabat terekam dan disebarluaskan, menjadikan pertanggungjawaban politik dan moral kini berlangsung di panggung yang jauh lebih luas.














