Mobil Kayu Raksasa Memicu Amarah Warganet Pasca-Banjir

SUMATRA UTARA, JEJAKPOS.ID – Pemandangan tak biasa dan memprihatinkan terjadi di Jalan Parapat, tepat di depan sebuah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) pada hari Sabtu, (28/11/25). Sebuah truk berukuran masif tertangkap kamera sedang mengangkut muatan kayu gelondongan dengan diameter yang sangat besar, memicu reaksi keras dan keprihatinan mendalam dari masyarakat, terutama di media sosial.
Muatan kayu yang diangkut oleh kendaraan besar tersebut dilaporkan berasal dari kawasan hutan di Sibolga dan Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara. Kedua wilayah ini baru saja dilanda musibah bencana alam banjir bandang yang parah, yang telah meninggalkan duka dan kerugian besar bagi masyarakat setempat.
Munculnya truk pengangkut kayu gelondongan raksasa ini di tengah upaya pemulihan pasca-bencana langsung menjadi sorotan utama. Banyak warga merasa miris dan prihatin, mengingat trauma dan penderitaan yang disebabkan oleh banjir belum sepenuhnya terobati. Bencana banjir seringkali dikaitkan dengan kerusakan ekosistem hutan yang berfungsi sebagai penahan air alami.
Keresahan ini terekam jelas dari komentar dan seruan warganet di berbagai platform media sosial. Salah satu ungkapan yang menyuarakan kekecewaan publik adalah: “Tega kali bah, duka belum hilang lagi…” Kalimat ini mencerminkan rasa tidak percaya dan kemarahan publik terhadap aktivitas pemindahan kayu yang diyakini berasal dari area yang seharusnya dilindungi.
Kejadian ini tidak hanya memunculkan kritik, tetapi juga memicu kembali perbincangan serius mengenai urgensi konservasi hutan di Sumatera Utara. Warganet secara kolektif menyuarakan pentingnya menjaga kawasan hutan sebagai “benteng terakhir” dalam menghadapi ancaman bencana alam.
Para pegiat lingkungan dan aktivis konservasi terus menekankan bahwa deforestasi dan kerusakan hutan lindung secara langsung berkontribusi pada peningkatan risiko bencana seperti banjir bandang dan tanah longsor. Hutan yang sehat berfungsi sebagai spons alami yang menyerap curah hujan tinggi, dan ketika fungsi ini hilang, dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di dataran rendah.
Masyarakat kini berharap adanya investigasi lebih lanjut dan tindakan tegas dari pihak berwenang terkait asal-usul dan legalitas kayu gelondongan yang diangkut tersebut, serta meminta pemerintah daerah dan pusat untuk memperkuat pengawasan dan perlindungan terhadap kawasan hutan, terutama di wilayah yang rentan bencana.














