Jakarta, Jejakpos.id – Generasi milenial dan Gen Z merupakan kelompok yang rentan terjerat pinjaman online (pinjol) ilegal dan investasi bodong. Pasalnya gaya hidup dua generasi ini lebih banyak menghabiskan uang untuk kesenangan dibandingkan menabung atau investasi.
Dr. Friderica Widyasari Dewi yang akrab disapa Kiki, mengatakan generasi milenial dan gen Z menyikapi persoalan keuangan termasuk investasi bodong dan pinjaman online demi memenui gaya hidup akibat prinsip You Only Live Once (YOLO) juga Fear Of Missing Out (FOMO). Gaya hidup FOMO dan YOLO menyebabkan seseorang merasa tertinggal apabila tidak mengikuti tren serta mempengaruhi sudut pandang mereka mengenai cara menikmati hidup yang maksimal dan bebas.
“Banyak generasi muda yang terjebak pada pinjol karena mengambil hutang untuk kebutuhan konsumtif dan keperluan yang tidak bijaksana,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi & Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dr Friderica Widyasari Dewi melalui video di acara Bisnis Indonesia Goes to Campus 2024, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM).
“Kedua prinsip tersebut membawa generasi muda pada keputusan yang buruk, salah satunya tidak menyiapkan dana darurat,” sambungnya.
Hal tersebut diungkapkan Kiki yang dipicu kebiasaan mereka yang sering mengunggah informasi pribadi melalui media sosial. Perilaku tersebut sangat berbahaya namun mereka tidak menyadarinya. Misalnya, mereka mengunggah KTP, alamat rumah, dan informasi pribadi lainnya yang dapat dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab.
“Sikap FOMO juga membawa generasi muda terjebak pada investasi bodong,” lanjut dia.
Tanpa pemahaman yang memadai, kelompok melenial dan gen z justru banyak menjadi korban, mereka seringkali meniru apa yang dilakukan influencer maupun tokoh idolanya, termasuk saran terkait keuangan.
Ketua Umum Keluarga Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (KAFEGAMA) ini pun mengajak mahasiswanya agar memahami aspek perencanaan keuangan/ financial planning. Mahasiswa sebagai bagian generasi penerus yang akan membangun Indonesia. Dengan jumlah Generasi Z dan milenial yang mencapai lebih dari setengah penduduk Indonesia, tentu saja kelompok ini yang harus diperhatikan dan dibekali tentang pemahaman keuangan yang memadai.
Berdasarkan informasi yang didapat dari Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan oleh OJK pada 2022, generasi muda di Indonesia memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan yang rendah. Tingkat literasi keuangan penduduk berusia 15-17 tahun berada di angka 43% sementara tingkat inklusi keuangannya di 69%. Angka tersebut berada di bawah tingkat literasi dan inklusi keuangan nasional yang mencapai 49,7% dan 85%.
“Pentingnya peningkatan literasi keuangan dan inklusi keuangan bagi generasi muda agar dapat menjauhkan mereka dari jeratan investasi bodong dan pinjol illegal,” jelas dia.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi DIY, Parjiman menambahkan, kolaborasi dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan yang lebih baik di DIY.
“Kolaborasi perlu dilakukan antara pemerintah, pelaku industri jasa keuangan, media, serta perguruan tinggi,” ungkapnya.
Upaya tersebut dibutuhkan untuk mempersempit kesenjangan antara literasi keuangan dan inklusi keuangan. Data Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022 mencatat indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia ada di angka 49,68%, sedangkan Indeks literasi Keuangan di DIY mencapai 54,55%, lebih tinggi dibanding nasional. Artinya, baru separuh masyarakat yang telah mendapatkan edukasi dengan baik terhadap produk dan jasa keuangan.
“Setiap 100 orang baru 50% atau separuhnya yang telah teredukasi dengan baik terkait produk dan jasa keuangan. Sementara lima puluhnya masih gelap,” jelasnya.
Menurut dia, inklusi tersebut perlu ditingkatkan karena berada di bawah nasional yakni di angka 82,68%. Kegiatan BGTC 2024 yang dilaksanakan di FEB UGM ini merupakan kolaborasi yang baik dalam upaya meningkatkan edukasi dan literasi masyarakat khususnya tentang produk dan jasa keuangan.
Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, Kerja Sama dan Alumni FEB UGM, Gumilang Aryo Sahadewo, Ph.D mengatakan, literasi keuangan, dan literasi investasi merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki SDM Indonesia.
“Harapannya melalui kegiatan ini para mahasiswa bisa mendapatkan pengetahuan dan softskill terkait literasi keuangan dan literasi investasi,” pungkasnya.