Dilanda Hujan Lebat, Chile Dinyatakan Keadaan Bencana

Avatar photo

Jakarta, Jejakpos.id – Hujan lebat menyebabkan malapetaka di Cile bagian selatan dan tengah, menewaskan satu orang, dan merusak ribuan bangunan. Pihak berwenang pun mengumumkan keadaan bencana di beberapa wilayah di negara itu.
Hujan deras disertai badai menyebabkan jalan terendam banjir, listrik padam, dan tanah longsor di beberapa kawasan pemukiman. Lebih dari 2.000 rumah rusak dan aliran Listrik ke 60.000 rumah terputus.

Wilayah Bio Bio di ibu kota, Santiago, adalah salah satu yang terkena dampak paling parah. Longsor meluluhlantahkan puluhan rumah yang penghuninya telah dievakuasi. Seseorang di kota selatan Linares tewas ketika tiang lampu jatuh setelah berjam-jam hujan tak henti-hentinya, kata layanan tanggap bencana Senapred, yang mengatakan hujan lebat telah berdampak pada sekitar 3.300 orang. Wilayah tengah dan selatan Cile dilanda hujan selama sepekan terakhir, yang menyebabkan sekolah-sekolah tutup dan orang-orang mengungsi. Santiago dan beberapa provinsi lainnya dinyatakan sebagai zona bencana.

Untuk memitigasi kerugian, Kementerian Pendidikan juga memerintahkan diliburkannya kelas-kelas di tujuh dari 16 wilayah di Cile, termasuk ibu kota, selama sisa minggu ini.

“Pemkot menolak, tapi kami menyerukan adanya tanggung jawab,” kata gubernur Wilayah Metropolitan Santiago sambil mendesak warga untuk tetap berada di dalam rumah.

Dalam laporan resmi terbaru, Menteri Dalam Negeri Carolina Toha mengatakan “hal terburuk dari sistem frontal ini sudah berlalu, tapi kita tidak boleh lengah.”

Sebelumnya pada hari yang sama, Dinas Cuaca Cile mengeluarkan tingkat peringatan tertinggi, yang diperkirakan akan berdampak kepada sekitar 14 juta dari 20 juta orang yang tinggal di enam dari 16 wilayah di negara tersebut. Namun peringatan ini kemudian dicabut karena pihak berwenang mengatakan 80 persen badai telah berlalu, dan kini bergerak ke negara tetangga Argentina.

Sebelum diterjang banjir, wilayah tengah Cile telah berjuang menghadapi kekeringan parah selama 15 tahun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *