Jakarta, Jejakpos.id – Wakil Menteri Luar Negeri era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Dino Patti Djalal memberikan ‘imajinasi’-nya tentang Presiden Jokowi yang akan purnatugas pada 20 Oktober mendatang.
Founder Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) itu bercerita hal ini persis seperti sejarah yang kembali berulang. Pada 20 Oktober 2014, SBY meninggalkan istana.
“Pada 20 Oktober 2014, saya persis berada di samping Presiden SBY, mendampingi ketika beliau meninggalkan istana, momen yang sama ketika Presiden Jokowi masuk Istana untuk memulai masa jabatannya,” kata Dino, melalui akun Instagramnya, Rabu (25/9/2024)
Dino mengatakan, seandainya Jokowi menanyakan SBY mengenai tips mengakhiri masa jabatan, apa yang mungkin kira-kira menjadi jawaban SBY.
“Menurut imajinasi saya, mungkin jawabannya ini,” ujar Dino.
1. Jokowi harus menerima kenyataan bahwa eranya sudah berakhir. Terima kenyataan ini dengan bulat, dan dengan ikhlas, dan dengan bersyukur sudah memberikan upaya yang terbaik.
“Ingat, legacy kita tidak ditentukan oleh survei sesaat. Biarlah rakyat dan sejarah yang menilai sumbangsih kita. Post power syndrome pasti akan ada, karena dialami oleh semua pemimpin yang turun, namun itu tidak boleh menggerogoti kita,” tutur Dino menjelaskan imajinasinya soal jawaban SBY ke Jokowi.
2. Jangan mengambil keputusan strategis apapun di akhir masa jabatan, baik mengenai personel maupun kebijakan.
Sewaktu masuk menjadi Presiden pada 2004 misalnya, kata dia, SBY tidak menjalankan keputusan pengangkatan panglima TNI, yang dilakukan oleh presiden sebelumnya hanya beberapa bulan sebelum masa jabatannya berakhir. Sebab, presiden terpilih mempunyai mandat sendiri.
“Mandat yang sangat masif sebagai pemimpin yang paling banyak mengantongi suara dalam pemilu di seluruh dunia. Sebagai pemimpin, beliau mempunyai agenda sendiri, preferensi sendiri, pilihan Sendiri. Kita tidak boleh mengatur, mengutak-atik atau mempengaruhi opsi kebijakannya. Let him decide. It is President Prabowo’s time now.”
3. Presiden yang telah lengser tidak boleh memposisikan diri sebagai patron terhadap presiden penggantinya. Sepanjang sejarah Republik Indonesia, dari 7 presiden yang ada, tidak pernah ada satupun presiden yang dipatroni oleh presiden sebelumnya.
Dino mengatakan Presiden Soeharto tidak pernah dipatroni oleh Presiden Soekarno. Presiden Habibie yang notabene merupakan Anak Emas dari Presiden Soeharto tidak pernah memposisikan dirinya untuk dipatroni oleh Presiden Soeharto.
“Begitu juga dengan Presiden Abdurrahman Wahid, begitu juga dengan Presiden Megawati Soekarnoputri, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mereka tidak ada yang menempatkan diri untuk dipatroni presiden-presiden sebelumnya. Dan saya yakin juga Presiden Jokowi tentu tidak mau dipatroni oleh presiden sebelumnya atau Presiden sebelumnya sebelumnya.”
4. Sebagai pemimpin tertinggi, idealnya presiden masuk dengan baik, keluar dengan baik, masuk dengan cemerlang, keluar dengan cemerlang, masuk dengan terhormat, keluar dengan terhormat.
Ukuran sukses presiden hari ini adalah harus bisa mewariskan Indonesia dalam kondisi yang lebih baik kepada Presiden selanjutnya.
“Dan jujurnya, tidak semua Presiden dalam sejarah Indonesia berhasil melakukan ini.”
5. Sehebat apapun, sebesar apapun kekuasaan presiden saat ini, tidak lebih besar dari Indonesia. Indonesia jauh lebih besar.
“Siapapun yang melupakan ini akan diperingatkan sejarah. Presiden Soekarno yang pernah menjadi Presiden seumur hidup dijegal oleh sejarah. Presiden Soeharto yang berkuasa terlalu lama akhirnya ditegur sejarah. Presiden Abdurrahman Wahid yang ingin membubarkan DPR juga dijatuhkan oleh sejarah,” kata Dino.
Demikian, lima butir imajinasi Dino Patti Djalal mengenai apa yang mungkin akan disampaikan oleh Presiden SBY kepada Presiden Jokowi mengenai cara mengakhiri jabatan.
“Ikhlas menerima kenyataan bahwa era kita sudah berakhir. Jangan mengambil keputusan strategis baik mengenai personel pemerintahan maupun kebijakan. Jangan memposisikan diri sebagai patron terhadap presiden pengganti kita. Masuk hormat, turun dengan terhormat. Hindari hal-hal yang kelak dapat membuat kita diganjar oleh sejarah,” pungkas Dino.