Dua Profesor Dukung Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional Soeharto dalam Diskusi Publik BAPERA

JAKARTA, JEJAKPOS.ID – Momentum Hari Pahlawan Nasional, 10 November 2025, menjadi sorotan utama dalam Diskusi Publik yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat Barisan Pemuda Nusantara (BAPERA). Acara bertajuk “Refleksi dan Napak Tilas Kepahlawanan Pak Harto dalam Pembangunan dan Stabilitas Nasional” ini secara khusus membahas dukungan dan pengawalan atas penetapan Jenderal Besar H.M. Soeharto sebagai salah satu dari 10 Pahlawan Nasional yang baru diresmikan oleh Presiden RI Prabowo Subianto.

Dipimpin oleh Ketua Umum DPP BAPERA, H. Fahd Arafiq, diskusi yang digelar di Kantor DPP BAPERA Jakarta Pusat ini menghadirkan dua tokoh akademisi sekaligus saksi sejarah perjuangan Presiden RI Kedua: Professor Dr. H. Bomer Pasaribu, SH, MM, MS dan Prof. Dr. Drs. KH. Deding Ishak, SH, MM.

Trilogi Pembangunan sebagai Fondasi Kepahlawanan

Dalam paparannya yang disambut antusias oleh para mahasiswa, BEM, dan aktivis, Professor Bomer Pasaribu menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Presiden Prabowo atas penganugerahan gelar tersebut.

“Saking banyaknya jasa dan bakti Pak Harto kepada bangsa dan negara ini, rasanya tidak akan cukup satu atau dua jam saya paparkan,” ujar Dosen di lima universitas ini. Ia kemudian menegaskan inti kepahlawanan Soeharto: meneguhkan Pancasila sebagai Jati Diri bangsa dan mengaplikasikannya melalui Trilogi Pembangunan.

“Beliau aplikasikan dengan Trilogi Pembangunan, yakni Stabilitas Nasional yang Dinamis, Pertumbuhan ekonomi yang Tinggi, serta Pemerataan Pembangunan,” jelas Prof. Bomer.

Ia bahkan mengaitkan kebijakan saat ini dengan masa lalu, menyatakan bahwa Asta Cita Presiden Prabowo pada hakikatnya merupakan pengejawantahan (perwujudan) dari Trilogi Pembangunan tersebut dalam konteks kekinian.

Membangun Umat dan Bangsa Berlandaskan Al-Qur’an

Sementara itu, Prof. Deding Ishak meninjau kepahlawanan Soeharto dari aspek keagamaan dan keumatan. Tokoh masyarakat Sunda ini memaparkan bahwa kebijakan Soeharto mengaplikasikan makna tersirat dari Al-Qur’an Surah Al Quraisy ayat 4, yang menekankan pentingnya Ketahanan Pangan, Ekonomi Rakyat, dan Stabilitas Nasional.

Prof. Deding mencontohkan berbagai program nyata, seperti:

  • Mengaplikasikan makna Hijrah untuk kesejahteraan melalui Proyek Transmigrasi.
  • Pembangunan rumah-rumah ibadah serta pembinaan kerukunan internal dan antar umat beragama.
  • Pewujudan Perbankan Syari’ah dan Kompilasi Hukum Islam.
  • Pendirian Universitas Islam Negeri (UIN).

“Kalau kita paparkan lagi, ada ribuan program Pak Harto untuk keumatan dan kebangsaan,” pungkas Prof. Deding, menekankan luasnya dampak kepemimpinan Soeharto.

Hasil Diskusi: Pedoman Menuju Indonesia Emas 2045

Diskusi publik ini tidak hanya berhenti pada refleksi, tetapi juga menghasilkan tindak lanjut konkret. Di akhir acara, diputuskan untuk membentuk Tim Kajian Refleksi yang bertugas merumuskan berbagai kebijakan unggulan Soeharto yang dianggap perlu diaplikasikan kembali oleh Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.

Dalam closing statement, BAPERA menegaskan bahwa penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto harus ditindaklanjuti dengan mengambil semua keunggulan dan keutamaan beliau dalam pembangunan untuk diterapkan dalam konteks kekinian.

Rencananya, melalui Ormas BAPERA, Tim Perumus Kajian ini akan menyerahkan Butir-Butir Refleksi Napak Tilas Pak Harto tersebut langsung kepada Presiden RI Prabowo Subianto. Dokumen ini diharapkan dapat menjadi Pedoman strategis bagi pemerintahan menuju pencapaian Visi Indonesia Emas 2045.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup