Kalahkan 20 Negara, SMPN 1 Sampit Sabet Tiga Penghargaan Emas Inovasi di Malaysia

KUALA LUMPUR, JEJAKPOS.ID – Bendera Merah Putih berkibar bangga di Kuala Lumpur, Malaysia, setelah perwakilan dari SMPN 1 Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, tampil memukau dan sukses membawa pulang tiga penghargaan emas dari ajang World Sustainable Development Goal Challenge (WSDGC).
Keberhasilan luar biasa ini merupakan hasil kolaborasi tim yang terdiri dari dua siswi berprestasi, Elena Giselle Lantan dan Ilonka Rezky Hyzkia, serta guru pembimbing yang inovatif, Esther Rachmadiasari. Mereka berhasil mengungguli lebih dari 4.000 peserta dari 20 negara di berbagai belahan dunia, mulai dari Brazil, Timur Tengah, hingga negara-negara Eropa.
Dalam kompetisi ketat yang mencakup jenjang Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi ini, SMPN 1 Sampit berhasil menyabet tiga kategori utama:
- Gold Award Teacher Innovation: Diraih oleh guru pembimbing Esther Rachmadiasari atas inovasinya dalam metode pendampingan penelitian siswa yang adaptif.
- Gold Award Research Student: Diberikan kepada kedua siswi, Elena Giselle Lantan dan Ilonka Rezky Hyzkia, atas karya penelitian mereka yang dinilai luar biasa.
- The Best Data Presentation Student: Penghargaan khusus yang mengapresiasi kemampuan presentasi data kedua siswi yang paling menarik dan persuasif di antara semua peserta.
Kepala SMPN 1 Sampit, Suyoso, menyampaikan rasa syukur yang mendalam. “Alhamdulillah, ini adalah amanat dari negeri yang berhasil kami tunaikan. Prestasi ini tidak lepas dari dukungan penuh orang tua siswa, serta Dinas Pendidikan Kotim yang mewakili Pemerintah Kabupaten,” ujar Suyoso, menekankan pentingnya sinergi antara sekolah, keluarga, dan pemerintah daerah.
Metode yang digunakan dalam kompetisi WSDGC adalah open presentation, di mana peserta memamerkan karya inovasi mereka melalui anjungan. Hal ini menuntut tidak hanya kualitas penelitian yang tinggi, tetapi juga kemampuan komunikasi yang efektif.
Kunci keberhasilan SMPN 1 Sampit terletak pada Inovasi Kolaboratif yang digagas oleh Esther Rachmadiasari. Metode ini mengaktualisasikan pembelajaran mendalam dengan pendekatan inkuiri kolaboratif, sebuah cara pendampingan yang mendorong siswa untuk aktif meneliti dan berinovasi.
“Inovasi ini memiliki nilai inspiratif yang sangat tinggi. Kami berharap ini dapat direplikasi oleh guru dan kepala sekolah lain yang sedang mengembangkan pembelajaran mendalam, agar menjadi contoh praktik baik,” harap Suyoso.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kotim, Muhammad Irfansyah, menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya. “Capaian ini membuktikan bahwa generasi muda Kotim mampu bersaing di tingkat dunia,” kata Irfansyah. Ia juga berharap prestasi emas ini menjadi motivasi bagi seluruh pelajar di Kotawaringin Timur untuk terus berinovasi dan mengharumkan nama daerah serta bangsa di masa depan.
