KAMMI Lampung Gelar Kunjungan Budaya ke Lamban Gadong Kuning

Avatar photo

LAMPUNG, JEJAKPOS.ID — Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Lampung menggelar kunjungan budaya ke Lamban Gedong Kuning, sebuah situs bersejarah yang menjadi simbol pelestarian adat dan tradisi Lampung. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman generasi muda terhadap warisan budaya lokal serta mempererat silaturahmi antaranggota organisasi.

Kunjungan yang berlangsung dalam suasana hangat ini disambut langsung oleh Irjen Pol (Purn) Drs. H. Ike Edwin, tokoh adat Lampung sekaligus pendiri Lamban Gedong Kuning. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya peran pemuda dalam menjaga dan mengembangkan budaya daerah di tengah arus globalisasi.

“Budaya adalah identitas kita. Jika generasi muda tidak mengenalnya, maka kita akan kehilangan jati diri,” ujar Dang Ike, sapaan akrab beliau.

Selama kunjungan, peserta KAMMI diperkenalkan pada berbagai artefak budaya dan benda pusaka, seperti keris, tombak, pakaian adat, serta kayu belasa kepampang yang dipercaya memiliki nilai spiritual dan pengobatan. Mereka juga menyaksikan pertunjukan tari Gham Bebai, yang menggambarkan filosofi keramahan dan keharmonisan masyarakat Lampung.

Kegiatan ini turut diwarnai dengan diskusi budaya, di mana peserta berdialog langsung dengan tokoh adat mengenai sejarah, nilai-nilai tradisional, dan tantangan pelestarian budaya di era digital. KAMMI menyampaikan komitmennya untuk terus mendukung pelestarian budaya melalui edukasi dan kampanye sosial.

Provinsi Lampung, yang terletak di ujung selatan Pulau Sumatera, bukan hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena kekayaan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sebagai daerah yang dijuluki Sang Bumi Ruwa Jurai, Lampung memiliki dua kelompok adat utama: Saibatin dan Pepadun, masing-masing dengan sistem sosial dan tradisi yang unik.

Jejak Sejarah Budaya Lampung

Budaya Lampung terbentuk dari perjalanan sejarah panjang yang dipengaruhi oleh kerajaan besar seperti Sriwijaya dan Majapahit. Jalur perdagangan yang melintasi wilayah ini membawa pengaruh dari India, China, dan Timur Tengah, memperkaya budaya lokal dengan unsur seni, bahasa, dan kepercayaan.

Pada masa awal, pengaruh Hindu-Buddha terlihat dalam seni dan arsitektur, sebelum akhirnya Islam menjadi agama mayoritas pada abad ke-16. Akulturasi ini melahirkan tradisi yang khas, seperti nyambai—tradisi saling berkunjung dan berbagi yang kini menjadi bagian dari praktik sosial dan keagamaan masyarakat Lampung.

“Kami ingin menjadi bagian dari gerakan pelestarian budaya, bukan hanya sebagai penonton, tetapi sebagai pelaku,” ujar salah satu peserta KAMMI.

Kunjungan ini menjadi momentum penting bagi KAMMI Lampung dalam memperkuat peran mahasiswa sebagai agen perubahan yang tidak hanya peduli pada isu nasional, tetapi juga pada kekayaan lokal yang menjadi warisan bangsa.

Penulis: ROLAS SIREGAREditor: DEVYN ADVENTRES

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *