Kisah Pilu Warga Aceh Tamiang Terisolasi 10 Hari di Tengah Banjir

ACEH TAMIANG, JEJAKPOS.ID— Sebuah adegan penuh haru dan menggugah hati menjadi sorotan nasional ketika YouTuber kenamaan, Ferry Irwandi, mengunjungi langsung lokasi bencana banjir parah di Kecamatan Sekerak, Kabupaten Aceh Tamiang, pada Jumat (5/12/2025). Kunjungannya bukan hanya mendokumentasikan musibah, melainkan sebuah seruan kemanusiaan yang disampaikan melalui air mata.

Kecamatan Sekerak saat ini dapat disebut sebagai episentrum krisis kemanusiaan yang tersembunyi. Sejak hampir dua minggu lalu, tepatnya selama sepuluh hari berturut-turut, ribuan kepala keluarga di wilayah ini terpaksa hidup dalam kondisi terisolasi total. Tingginya debit air sungai yang meluap telah memutus jembatan dan akses jalan utama, menjadikannya daerah ‘pulau’ yang nyaris tak tersentuh bantuan.

Situasi di lapangan digambarkan sangat kritis. Warga dilaporkan mulai kehabisan stok makanan pokok, sementara anak-anak dan lansia rentan terhadap berbagai penyakit kulit dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat lingkungan yang lembap dan sanitasi yang buruk. Kondisi ini diperparah oleh ketiadaan akses tenaga medis profesional.

Ferry Irwandi, yang dikenal karena kontennya yang kritis dan berempati terhadap isu-isu sosial, terlihat sangat terpukul saat berinteraksi langsung dengan para korban. Setelah menempuh perjalanan sulit melalui jalur alternatif dan perahu darurat, ia disambut oleh cerita-cerita pilu tentang perjuangan bertahan hidup di tengah ketiadaan.

Puncak emosi terjadi ketika Ferry, yang mencoba menenangkan seorang ibu yang menangis menceritakan anaknya sakit tanpa obat, mendadak tak kuasa menahan perasaannya sendiri. Dalam sebuah momen yang terekam kamera dan diunggah akun donasi @kitabisacom, Ferry terlihat menunduk, bahunya bergetar, dan air mata jatuh membasahi wajahnya. Ia terisak saat berusaha menyampaikan janji dukungan.

“Kami mohon maaf karena bantuan terlambat datang,” ucap Ferry dengan suara tercekat, mengutip dari video tersebut. “Tapi percayalah, ini adalah pesan dari seluruh masyarakat Indonesia: Kalian tidak berjuang sendiri. Kami akan terus berusaha mengirimkan bantuan dan mendesak semua pihak untuk membuka akses secepatnya.”

Air mata seorang figur publik ini segera menjadi simbol dari rasa putus asa kolektif atas lambannya penanganan bencana di daerah terpencil.

Video emosional tersebut langsung viral, memicu rentetan reaksi dari warganet, selebriti, hingga aktivis kemanusiaan. Dalam hitungan jam, tagar terkait banjir Aceh Tamiang dan Ferry Irwandi menduduki puncak tren di media sosial, berhasil mengalihkan fokus publik dan media massa ke Sekerak.

Netizen secara masif mulai mendesak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat dan Pemerintah Provinsi Aceh untuk segera mengerahkan helikopter atau membangun jalur logistik udara darurat. Donasi publik melalui berbagai platform pun melonjak drastis, menunjukkan betapa besarnya solidaritas yang tergerak oleh kejujuran emosi Ferry Irwandi.

Kunjungan Ferry bukan sekadar aksi filantropi, melainkan sebuah pukulan keras yang membangunkan kesadaran kolektif. Kisah ini menjadi pengingat yang menyakitkan akan rentannya kehidupan di daerah bencana dan seberapa jauh lagi upaya yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada warga negara yang merasa diabaikan atau terisolasi saat menghadapi musibah besar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup