Komika Pakai Kaos Fufufafa Disindir Hak Imun

Gianluigi dengan sengaja memakai kaos warna putih yang bertuliskan "Fufufafa".

Jakarta, Jejakpos.id – KOMIKA Gianluigi Christoikov mencuri perhatian saat menjadi tamu di kanal YouTube milik analis komunikasi politik Hendri Satrio. Diketahui, Gianluigi dengan sengaja memakai kaos warna putih yang bertuliskan “Fufufafa”.

Bahkan, Gianluigi juga menunjukkan salah satu tulisan dalam postingan akun Kaskus tersebut yang tercetak dalam bajunya.

“Ini tulisan yang ada di akun itu ‘Saya lagi membayangkan Prabowo mendaki Semeru, terus pas nyampe puncak dia mengibarkan bendera merah putih lalu dia berteriak kembalilah dalam pelukan’, ini kan ada di akun itu, Fufufafa,” ujar Gianluigi dalam perbincangan di akun YouTube tersebut.

Melihat kaos itu, Hensa pun penasaran dengan motif Gianluigi yang berani membuat kaos tersebut.

Adapun, Fufufafa merupakan akun Kaskus sedang menjadi perbincangan publik lantaran viral dan sering diduga milik Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka.

“Gini gini, gue tanya sama lo, komika itu punya hak imun seperti DPR enggak sih?,” tanya Hensa kepada Gianluigi.

“(Tertawa) Hak imun, Menurut gue sih engga sih ya. Tapi mungkin karena kita terbiasa, sama lah kayak lo, lo udah punya pengalaman, lo pasti ketika menyampaikan kritik, lo tau koridor-koridor mana yang offside mana yang engga. Ya sama aja sih mungkin” jawab Gianluigi.

Gian menilai apa yang selama ini ia sampaikan hanyalah kritik dan bentuk kebebasan bersuara. Menurutnya, para komika selama ini yang menyampaikan kritik berbau politik juga sudah mengetahui batas-batas mana saja yang ia boleh sampaikan.

“Makanya ya, kayaknya belum ada yang sampai sejauh ini ya, jangan amit-amit, enggak ada yang kena kasus karena mengkritik sih, mungkin karena kita juga tahu gitu apa yang enggak boleh dan boleh,” ujar Gian.

Di sisi lain, Gian bercerita bahwa dirinya belum tertarik untuk masuk ke dunia politik meski seringkali membuat lelucon berbau politik.

Menurutnya, akan lebih menyenangkan jika dirinya tetap berada di luar dunia politik sehingga bisa tetap bebas bersuara dan melontarkan kritik.

“Gue nanya temen-temen mahasiswa gue yang sekarang di dalam (dunia politik) gitu, yang dulunya bisa ngomong apa aja tiba-tiba enggak bisa ngomong sesuka hati mereka, kayaknya lebih asik di luar deh,” pungkasnya.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *