Mencium Anak Kecil dalam Perspektif Syariat: Antara Kasih Sayang dan Adab

Mencium Anak Kecil Dalam Perspektif Syariat
Beberapa hari terakhir, publik ramai membincang isu pendakwah muda dari Kediri yang mencium anak kecil di pengajiannya. Publik kecewa atas perbuatan pendakwah yang tengah viral itu, karena dianggap tidak mencerminkan etika yang sepantasnya dilakukan pendakwah.
Namun, sebenarnya bagaimana hukum mencium anak kecil menurut pandangan syariat?. Tulisan ini tidak bermaksud membela oknum yang salah, namun murni dalam rangka kajian ilmiah, supaya publik disuguhkan sudut pandang yang utuh. Berikut ini poin-poin mendasar yang perlu dipahami perihal isu mencium anak dalam pandangan syariat:
- Nabi pernah mencium cucunya, Hasan bin Di sampingnya ada sahabat al- Aqra’ bin Habis yang bercerita bahwa dia memiliki 10 anak, tidak satupun pernah ia cium. Lalu Nabi menegurnya, bahwa siapapun yang tidak berbelas kasih, tidak mendapat kasih sayang Allah. Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam bab “Kasih sayang kepada anak, menciumnya dan merangkulnya”, Imam Muslim dalam bab “Keutamaan-keutamaan”. Al-Imam al-Tirmidzi menilai hadits ini
Hasan-Shahih. Di bawah ini redaksi teks haditsnya:
حَدَّثَنَ أَبُو ا يلمََْنِ، أَ يخبََنََ شُعَييبٌ، عَنِ يالزُّهرِىِّ، حَدَّثَنَ أَبُو سَلَمَةَ يبنُ عَبيدِ يالرَّحَنِْ، أَنَّ أَبَ هُرَييرَةَ – رضى الله عنه – قَلَ: قَبَّلَ رَسُولُ الَِّلّ mقَبَّليتُ مِنيهُ يمفَقَلَ الَأقيرَعُ: إِنَّ لِ عَشََةًَ مِنَ اليوَلَِ مَ
-صَلَّّ الَُّلّ عَلَييهِ وَسَلَّمَ- ا يلسََْنَ يبنَ َ ِ ىعَ وَعِنيدَهُ الَأقيرَعُ يبنُ حَبِ „س الَّتمِيمُِّ جَلِسً أَحَدًا، فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُولُ الَِّلّ -صَلَّّ الَُّلّ عَلَييهِ وَسَلَّمَ- ثُمَّ قَلَ: «مَ ين لَ يَ يرحَمُ لَ يُ يرحَمُ
Artinya “Bahwa sesungguhnya Abu Hurairah berkata, Nabi mencium al-Hasan bin Ali di samping Aqra’ bin Habis al-Tamimi yang sedang duduk. Lalu Aqra’ berkata, Sesungguhnya aku memiliki sepuluh anak, tidak satupun dari mereka pernah aku cium. Kemudian Nabi menatap Aqra’ lalu bersabda “Barang siapa tidak berbelas kasih, tidak diberi kasih sayang (Allah)”.
- Dalam riwayat lain, Nabi mencium putrinya, Fathimah, demikian pula sahabat Abu Bakar mencium putrinya,
Referensi: Syaikh Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari, juz.10, hal.427
وتقدم في منقب فطمة عليه السلام أنه صلّ الله عليه وسلم كان يقبله وكذا كان أبو بكر يقبل ابنته عائشة
- Dalam pandangan Syaikh Abul Hasan Ali bin Khalaf Ibni Bathal -ulama hadits terkemuka-, Mengekspresikan kasih sayang kepada anak kecil dengan cara merangkul dan mencium adalah tergolong amal perbuatan yang diridloi Allah dan diganjar Ibnu Bathal menyampaikan argumennya berdasarkan haditsnya Aqra’ bin Habis yang ditegur Nabi karena tidak pernah mencium 10 anaknya. Hadits ini menurut Ibnu Bathal menunjukan bahwa mencium anak kecil, menggendongnya dan memeluknya termasuk perbuatan mulia yang layak diganjar kasih sayang Allah.
Referensi: Syaikh Abul Hasan Ali bin Khalaf bin Bathal, Syarh Shahih al-Bukhari Li Ibni Bathal, juz.09, hal.211.
رحةْ الول الصغير ومعنقته وتقبيله والرفق به من الأعمل التى يرضه الله ويجزى عليه، ال ترى قول عليه السلام للأقرع بن
حبس حين ذكر عند النب أن ل عشةَ من الول مقبل منهم أحدًا: )من ل يرحم ل يرحم( فدل أن تقبيل الول الصغير وحلْه
والتحفى به مم يستحق به رحةْ الله
- Masih menurut Ibnu Bathal -sebagaimana dikutip dalam kitab Fath al-Bari, mencium anggota tubuh anak kecil adalah boleh, demikian pula anak dewasa menurut mayoritas ulama asalkan bukan bagian aurat yang
Referensi: Syaikh Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari, juz.10, hal.427.
)قول بب رحةْ الول وقبلته ومعنقته( قل بن بطل يجوز تقبيل الول الصغير في كل عضو منه وكذا الكبير عند أكث العلمء م لم يكن عورة
- Dalam pandangan ulama hadits yang sangat disegani, Syaikh Ibnu Hajar al- Asqalani, bahwa mencium anak kecil karena tujuan kasih sayang, bukan untuk pemenuhan hasrat seksual, adalah substansi yang terkandung dalam haditsnya Aqra’ bin Habis. Demikian pula ekspresi cinta yang lain semisal dengan merangkul, menempelkan badan dan lain Ekpresi cinta kepada anak kecil menurutnya tidak hanya berlaku untuk keluarga satu mahram, namun juga dapat diterapkan kepada anak selain mahram. Pendapat Ibnu Hajar al-Asqalani ini juga senada dengan yang disampaikan Syaikh al-Qasthalani dalam Kitab Irsyadus Sari, Syarah atas Shahih al-Bukhari.
Referensi:
- Syaikh Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari, 10, hal.430:
وفي جواب النب صلّ الله عليه وسلم للأقرع إشرة إل أن تقبيل الول وغيره من الأهل المحرم وغيرهم من الأجنب إنم يكون للشفقة والرحةْ ل للذة والشهوة وكذا الضم والشم والمعنقة
- Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Qasthalani, Irsyad al-Sari, 17, hal.9:
وفي الدْيث أن تقبيل الول وغيره من المحرم وغيرهم إنم يكون للشفقة والرحةْ ل للذة والشهوة وكذا الضم والشم والمعنقة
- Dalam pandangan ulama fiqh, mencium anak kecil baik mahram atau non mahram dengan tujuan kasih sayang adalah Bahkan kebolehan mencium tersebut bukan hanya mencium pipi atau kening, namun berlaku juga dalam kasus mencium bibir/ mulut dan seluruh bentuk persentuhan kulit dengan catatan tidak menimbulkan syahwat dan yang disentuh bukan bagian aurat.
- Ulama fiqh sepakat bahwa mencium, merangkul dan menyentuh badan anak kecil yang disertai syahwat adalah
Referensi:
- Syaikh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, 07, hal.202
- Syaikh Abdul Hamid Al-Syirwani, 07, hal.202
وَفِي يشَحَِ يمُسلِ „م يَِلَُّ مَسُّ يرَأسِ ال ييمَحرَمِ وَغَ ييِرهِ مِمَّ لَييسَ بِعَ يورَة„ إ يجَْعًا أَ يي حَييثُ لَ شَ يهوَةَ وَلَ خَ يوفَ فِتينَ „ة بِوَ يج „ه سَوَاءٌ أَمَسَّ لَِْجَ „ة يأَم شَفَقَ „ة
)قَ يولُُ: يَِلَُّ مَسُّ يرَأسِ ال ييمَحرَمِ يإلَخ( أَ يي بَِِ „ئِل وَبِدُونِهِ ا ـهع ش ) يقَولُُ: وَغَ ييِرهِ( أَ يي غَ ييِر يالرَّأسِ )قَ يولُُ: مِمَّ لَييسَ بِعَ يورَة(„ عِبَرَةُ َ يشحَِ
ا يلِْ يرشَدِ يَيَرُمُ مَسُّ سَ „ق، أَ يو بَ يطنِ مَيَرَمِهِ كَأُمِّهِ وَتَ يقبِيلُهَ وَعَ يكسُهُ بِلَا حَجَ „ة وَلَ شَفَقَ „ة وَإِلَّ جَزَ وَعَلَييهِ يُيَمَلُ قَ يولُ َ يشحَِ مُ يسلِ „م يَُجوزُ
بِ ييلِجَْْعِ مَسُّ اليمَحَرِمِ فِي يالرَّأسِ وَغَ ييِرهِ مِمَّ لَييسَ بِعَ يورَة„ ا ـهوَحَييثُ جَزَ تَ يقبِيلُ اليمَ يحرَمِ هَ يل يَ يشمَلُ تَ يقبِيلَ اليفَمِ ا ـهسم أَقُولُ قَضِيَّتُهُ إ يطلَاقُهُ يم الشُّمُولَ
)قَ يولُُ: سَوَاءٌ أَمَسَّ لَِْجَ „ة أَ يم شَفَقَ „ة( يَ يقتَضِ ذَلِكَ عَدَمَ جَوَازِهِ عِنيدَ عَدَمِ اليقَ يصدِ مَعَ انيتِفَئِهِمَ وَيَيَتَمِلُ جَوَازَهُ حِينَئِ „ذ؛ لَِأنَّهُ – صَلَّّ الَُّلّ
عَلَييهِ وَسَلَّمَ – قَبَّلَ فَطِمَةَ وَقَبَّلَ الصِّدِّيقُ الصِّدِّيقَةَ ا ـهنِهَيَةٌ قَلَ ع ش قَ يولُُ: وَيَيَتَمِلُ جَوَازَهُ أَ يي وَمَعَ ذَلِكَ فَليمُ يعتَمَدُ مَ قَدَّمَهُ مِ ين
ا يلُْ يرمَةِ عِنيدَ انيتِفَءِ ا يلَْجَةِ وَالشَّفَقَةِ وَمَ وَقَعَ مِنيهُ – صَلَّّ الَُّلّ عَلَييهِ وَسَلَّمَ – وَمِ ين الصِّدِّيقِ مَيَمُولٌ عَََ الشَّفَقَةِ ا ـهوَيَ يظهَرُ رُ يجحَنُ مَ
جَرَى عَلَييهِ اليمُ يغنِ مِ ين ا يلوََْازِ عِبَرَتُهُ وَاَلَِّيَّ يَنيبَغِ عَدَمُ ا يلُْ يرمَةِ عِنيدَ عَدَمِ اليقَ يصدِ وَقَ يد قَبَّلَ – صَلَّّ الَُّلّ عَلَييهِ وَسَلَّمَ – فَطِمَةَ وَقَبَّلَ الصِّدِّيقُ الصِّدِّيقَةَ اه.
- Kegiatan mencium anak kecil di ruang publik merupakan perbuatan yang tidak terpuji, karena dapat mengundang kegaduhan dan su’uu zhan banyak pihak. Hendaknya bagi siapapun utamanya pendakwah menghindari perilaku yang dapat menimbulkan stigma negatif yang berakibat buruk kepada citra Islam itu Terlebih dalam konteks hari ini, terdapat kesadaran bersama bahwa siapapun termasuk anak kecil memiliki otoritas atas tubuhnya sendiri, yang selayaknya dijaga martabatnya.
- Dalam konteks adab bergaul, Islam juga mengajarkan kepada para pendakwah untuk memperhatikan norma-norma tradisi dan budaya bangsa, selain aspek Sebab, bila aspek tradisi ini diabaikan, justru mengakibatkan masyarakat semakin antipati kepada Islam, meski berjuta dalil telah dikemukakan.
Referensi: Imam al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, juz.02, hal.201
ومنه أن يتقي مواضع التهم صينة لقلوب النس عن سوء الظن ولألسنتهم عن العيبة فإنهم إذا عصوا الله بذكره وكان هو السبب
فيه كان شيَك قل الله تعل ول تسبوا اليَّ يدعون من دون الله فيسبوا الله عدوا بغير علم وقل صلّ الله عليه وسلم كيف
ترون من يسب أبويه فقلوا وهل من أحد يسب أبويه فقل نعم يسب أبوي غيره فيسبون أبويه …إل أن قل….وقل عمر رض الله عنه من أقم نفسه مقم التهم فلا يلومن من أسء به الظن
- Kritik atas kegiatan mencium anak kecil di ruang publik hendaknya dilakukan secara proporsional. Meski secara umum hal tersebut merupakan perbuatan yang tidak pantas dilakukan, namun ketika yang bersangkutan sudah meminta maaf dan tidak akan mengulanginya lagi, maka sebaiknya bukalah pintu maaf selebar-lebarnya untuk mereka yang secara tulus bertekad memperbaiki
Oleh : Haqqul Muqorrobin ( Aliansi Santri Ndeso)














