Jakarta, Jejakpos.id – Petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Depok, Sandi Butar Butar mengungkapkan kisahnya yang gagal menyelamatkan bangunan sebuah gereja di Depok akibat alat mereka tak memadai. Sandi tengah menjadi perbincangan setelah membuat video ‘room tour’ yang mengeluhkan gergaji mesin hingga rem tangan mobil damkar tidak berfungsi dengan baik.
Insiden kebakaran yang melanda Gereja GPB Shalom di Jalan Raya Jakarta-Bogor itu terjadi pada Selasa (23/7/2024) kemarin. Sandi menyebut insiden soal kebakaran itu dilaporkan langsung oleh warga ke kantor damkar.
Kata Sandi, UPT Cimanggis tempatnya bertugas memiliki jarak paling dekat dengan lokasi kejadian. Usai menerima laporan, lanjut dia, pihaknya pun langsung mempersiapkan diri dan meluncur ke lokasi.
“Nah, unit yang 1.000 (liter) kami enggak bisa dibawa karena perbaikan, tuh, katanya ya, adalah unit 3.500 (liter) dan 8.000 (liter). Nah, unit yang 3.500 itu jalan dan yang 8.000 jalan untuk backup depan belakang,” kata Sandi, Rabu (24/7/2024).
Sandi menjelaskan, perjalanan dari UPT Cimanggis menuju ke lokasi hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit. Mobil damkar dengan kapasitas 3.500 liter pun tiba lebih dulu, sedangkan mobil berkapasitas 8.000 liter sempat terhambat akses menuju ke lokasi.
“Nah, sampai unit yang 3.500 duluan digunakan sama anak-anak, pada saat dinyalakan mesin pompa semprotnya itu tidak berfungsi dengan baik, mampet, keluarnya jadi kayak kencing,” ucap dia.
“Nah, hampirlah diamuk anak-anak sama warga. Akhirnya dikasih pengertian,” ujarnya.
Sandi menyebut pihaknya pun telah meminta bantuan dari UPT lainnya. Namun, bantuan itu membutuhkan waktu untuk bisa tiba di lokasi.
“Sudah (minta bantuan) itu mereka, pada saat kita jalan mereka udah meluncur, kan, butuh makan waktu, 10-15 menit itu berharga banget bagi damkar. Sedangkan UPT terdekat misal Pos Merdeka untuk mencapai ke situ aja nyampenya bisa 15 menit,” jelasnya.
Menurut Sandi, jika peralatan yang dimilikinya dalam keadaan baik, setidaknya bangunan gereja itu tidak sampai ludes terbakar.
“Habis lah itu gereja yang harusnya masih bisa kita selamatkan setengahnya,” ujarnya.
Sandi mengatakan peristiwa ini dapat menjadi pengingat bagi para pimpinan soal pentingnya kondisi peralatan. Sebab, kerusakan peralatan tersebut berdampak pada timbulnya korban jiwa.
“Sekarang gereja, besok apalagi yang kebakaran, apakah harus ada rumah warga, kontrakan? Istilahnya, kalau rumah warga kontrakan dua pintu yang terbakar mungkin bisa jadi 10 pintu, ini aja gereja tempat ibadah yang harusnya masih bisa kita selamatkan setengah, itu habis,” ujar Sandi.
“Kalau di situ ada nyawa, korban meninggal hanya karena kami lambat siapa yang bertanggung jawab? Kadis kabid atau wakil wali kota yg mengatakan saya etikanya kurang harus, bertanggung jawab dong mereka,” katanya.